Hiruk pikuk Pilkada serentak sudah mulai terasa. Masyarakat
sudah mulai disibukkan dengan berbagai pemandangan bakal calon (balon) kepala
daerah.
Berbagai strategi awal pun sepertinya sudah disiapkan oleh
masing-masing balon. Sayangnya, melekatnya gaya low politic di tubuh politikus
Indonesia menjadi ancaman tersendiri dalam Pilkada.
Di satu sisi mereka menganggap dirinya sebagai “aspirasi publik”
dan “sudah berkontribusi di daerahnya”, namun di sisi lain hal seperti ini
justru akan semakin mengokohkan dirinya sebagai pemburu kekuasaan.
Hal ini terlihat dari cara mengangkat popularitas melalui media
sosial sampai pada ceramah di berbagai tempat.
Menjadi salah satu peserta Pilkada serentak 2015, nampaknya kebumen mendapat respon menarik dari masyarakat.
Hal ini terlihat dari antusias masyarakat yang terus mengawal
isu ini di berbagai media. Tentu dengan banyakya nama balon bupati yang muncul,
menjadi hal menarik untuk didiskusikan. Namun sayangnya, sampai hari ini
sudah tidak jelas siapa memakai kendaraan Partai apa dan menunggu siapa?.
Rakyat membutuhkan pemimpin yang tegas dan berkualitas dalam
bersikap. Bagaimana akan membela nasib rakyat dengan jelas ketika menentukan
balon bupati pun tidak tegas. Repotnya, masyarakat sudah terlanjur di suguhi
berbagai gambar bakal calon bupati yang ada. Sehingga tak ayal jika masyarakat
sudah terlanjur menaruh harapan tinggi pada gambar-gambar yang sudah tersebar.
Namun bukan itu poinnya, yang ditakutkan adalah ketika
masyarakat terlanjur kecewa jika nantinya balon yang digadang-gadang tidak ada
dalam susunan calon resmi yang dikeluarkan KPU.
Dalam situasi seperti ini, masyarakat tentu menunggu kepastian,
baik dari partai maupun balonnya sendiri. Hal ini dikarenakan masyarakat juga
harus memahami visi misi yang akan di bawa ke depannya kelak agar tidak salah
memilih. (****)
Penulis adalah Mahasiswa Jurusan ilmu pemerintahan'' STPMD''APMD'' Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar