( foto: awipode agapa )
Demokrasi tanpa para demokrat,
membuat kuasa miskin legitimasi rakyat.
Pemilukada jadi urusan
pecah-belah, ketika politik hanya soal menang-kalah.
Yang menang berlaku
curang, yang kalah tak mau menerima kenyataan.
Kekerasan terpilih sebagai
cara, hukum dilecehkan amuk massa.
Elit berlaku bak raja, warga
berposisi bagai hamba kawula.
Hak politik diubah seperti
hadiah, kewajiban dibuat sebentuk kebaikan.
Pemilih disiapkan menjadi
tameng massa, membela elit yang bersengketa.
Ketika konflik berdarah kerap
berulang, itu berarti kita hidup di negara yang bebal.
0 komentar:
Posting Komentar